Rabu, 17 Agustus 2016

Cerita Kopi

Aku tak suka kopi, tapi aku punya banyak waktu menemanimu meneguk secangkir kopi. Mungkin bukan secangkir lagi namun beberapa. Sayangnya kesempatan itu tak pernah terwujud.

Kita selalu dipertemukan dalam suasana yang berbeda. Mungkin aku menyebutnya berkesan dan romantis, bukan munafik atau apa tetapi memang benar adanya. Kala waktu mempertemukan, bukan kopi yang kamu tulis dalam menu pesanan. Dark Chocolate menjadi pilihanmu atas alasanmu karena aku waktu itu mampu mengisi malammu menjadi indah tak seperti malam biasanya. Lalu pada waktu berikutnya smooties dan juice menjadi pilihanmu atas alasanmu membutuhkan healty drink, ya ini bisa diterima karena memang kamu perlu menjaga kondisimu yang tak pernah mengkonsumsi buah dan sayur.

Hari demi hari terlewati tanpa terhitung jari dan kita masih bercerita tentang filosopi kopi. Betapa irinya aku inginkan menjadi kopi karena ialah minuman favoritmu. Tak ada tapi tetap kamu cari. Tidak kamu teguk hari ini namun kamu ganti esok hari. Bahkan sehari tak hanya menemanimu cuma sekali, bisa dua, tiga kali.

Kopi yang mampu mengatasi pusingmu hari ini. Kopi yang mampu mengatasi penatmu hari ini. Kopi yang mampu mengubah moodmu hari ini. Kopi yang mampu menjernihkan kembali fikiranmu. Kopi yang menghilangkan rasa kantukmu hari ini. Entah benar maupun hanya sugesti tetap saja istimewa disini. Walau tidak ada namun tetap kamu butuhkkan. Walau pahit namun selalu mampu merubah duniamu. Mungkin tak semua orang menikmatinya sama, tetapi aku yakin mereka memiliki kadar kenikmatan masing-masing.


Tak hanya aku, tetapi kita selalu punya banyak waktu. Dan aku selalu inginkan kesempatan itu walaupun tak pernah terfikirkan olehmu. Sayangnya tak ada harapan lebih, karena kamu tlah menghilang dari pandanganku. Dan kesempatan itu tak pernah ada, tak pernah terwujud sampai saat ini. Waktuku habis hanya untuk menunggumu. Lalu aku bertanya, apakah kisahku kamu nikmati sebagai dark chocolate atau coffee

Tentang cinta tanpa alasan

Aku mengerti cinta tanpa alasan ialah ketika bertemu seorang lelaki, He is smart, funny,and misterious  but arogant. Aku selalu ragu dan tak mengerti apakah cinta tanpa alasan itu, bagiku seseorang datang tanpa alasan tak seharusnya dipercaya. Bagaimana bisa aku percaya begitu saja sedangkan kita baru saja berkenalan? Ini sedikit naif, aku hanya berhati-hati bukan untuk menutup diri, tetapi menjaga diriku agar tak jatuh kembali dengan lubang yang sama. Mungkin cinta itu memiliki dua sisi, ia selalu indah membawa bahagia membuat pipi selalu merona, namun ia justru membuat patah hati seperti pedang yang siap membelah diri, ya bagiku bukan cinta yang menyakiti namun orang yang tak mampu mengerti cinta. Orang inilah yang sekarat bermain-main dengan pernyataan cinta. Karena yang kutahu cinta selalu indah. Jika engkau tanya mengenai bercinta? Ini juga berbeda artinya dengan cinta.

Jika kita bicara cinta pasti ini mengarah mengenai pasangan. Seperti kutipan kalimat yang selalu ku ingat, “ seberapa tinggi tingkat idealnya pasangan namun bakal kalah jika kamu jatuh cinta tanpa alasan” (unknow). Lanjut, lelaki itu tak mampu menjelaskan jika aku bertanya apa itu cinta tanpa alasan, tapi ia mampu membuatku mengerti bagaimana sebenarnya cinta tanpa alasan tersebut. Setelah sekian hari ku lalui, aku sendiri mampu merasakannya. Dan pada saat itulah aku mampu memahami inikah yang disebut cinta tanpa alasan.  Ini pun sedikit cerita pendekku saja karena aku sendiri tak yakin apakah aku bisa menjelaskan cinta tanpa alasan.

Kamu suka seseorang karena pintar, cerdas, yang paling jago, dan jenius itu bukan cinta, namun kagum. Kamu suka seseorang karena baik hati, perhatian, dan peduli itu bukan cinta, namun butuh. Kamu suka seseorang karena apa adanya dia, semuanya tentang dia, apapun caranya dia, itu bukan cinta namun ngefans.  Kamu suka seseorang karena perjuangannya, pengorbanannya untukmu itu bukan cinta, namun kasihan. Kamu suka seseorang karena tampan, cantik, feminin, maskulin itu bukan cinta, namun nafsu.

Lalu bagaimana yang dikatakan cinta? Jika kamu mencintai seseorang lalu ditanya alasannya, kamu pasti tak bisa menjawab. Kamu tidak tahu mengapa dan kenapa bisa terjadi. Kamu tidak mengerti mengapa pula bisa seperti itu. Cinta seperti anugrah yang sudah digariskan Tuhan. Cinta ialah keindahan yang diberikan Tuhan, dan jodoh akan dipertemukan disaat waktu yang tepat sesuai rencana Tuhan. Kapan dimana dan siapa tidak ada yang tahu. Cinta memang tak butuh alasan. Cinta tanpa pengharapan apapun dan tanpa motif apapun. Cinta tak butuh kata “karena”.

Cinta bukan mereka yang selalu datang setiap saat kepadamu, bukan yang selalu bersikap manis kepadamu dan menghabiskan waktumu. Namun ialah ia yang mampu memperbaiki hidupmu, tak ingin membuatmu kawatir dalam situasi apapun. Saling memiliki kepercayaan tak perlu memberikan kabar setiap detik namun yang mampu memberikan kepastian. Tak pernah mengungkapkan cinta namun sudah terbukti melalui perbuatan.  Bukan seseorang yang selalu bertanya keadaan namun yang selalu mendoakanmu dalam setiap waktunya. Terkadang cinta membuatmu gila, melakukan suatu hal yang tak masuk akal, tapi ketika ditanya kenapa bisa seperti itu, maka kamu akan menjawab “karena aku mencintainya” lantas kenapa dan mengapa kamu bisa mencintainya? “karena aku mencintainya, dan aku tak punya alasan mencintainya”. Cinta beralasan itu hanya akan memberimu batas, singkatnya seperti ini, kamu cinta dia karena dia kaya dan tampan, apakah setelah dia miskin kamu tidak cinta? Apakah setelah dia tidak tampan lagi tak gagah kembali karena menua kamu tidak lagi cinta?. Yeah, Love does’nt need a reason.


Tentang Penulis

Laila Rahmawati ialah nama yang diberikan orang tua ku pada hari Rabu, 16 Agustus 1995. Teman-teman memanggilku dengan sebutan Lay. Aku lahir tepat jam 23.00 WIB bertempat di salah satu Rumah Sakit ternama di Ponorogo. Mungkin itu alasan orang tua ku memberi nama Laila yang dalam Bahasa Arab berartikan “Malam”.

Aku selalu bersyukur kepada Tuhan yang telah memberiku kesempatan melihat Dunia yang kejam, karena nasib terbaik ialah tidak pernah dilahirkan. Aku menempuh pendidikan mulai dari taman kanak-kanak hingga sekolah menengah ke atas di Ponorogo. Tak ada yang kusesali setiap detiknya, di kota Ponorogo selalu menyimpan banyak cerita dan kenangan. Kedua orang tua ku ialah seorang Guru Sekolah Dasar, tentu saja mereka tak ingin pendidikanku berhenti begitu saja, mereka mengirim ku ke kota yang sangat istimewa seperti nama wilayahnya Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) untuk menempuh pendidikan perguruan tinggi. Yaps, Laila Rahmawati seorang mahasiswi Jurusan Ilmu Administrasi Negara angkatan 2014 di Universitas Negeri Yogyakarta.

Tuhan yang selalu ku rindukan, terima kasih atas segalanya, banyak hal yang telah ku temukan bahkan kepahitan hidup pun mampu ku rasakan.  Terima kasih Tuhan telah menjagaku dalam pelukan hangat kedua orang tua ku yang membesarkanku hingga saat ini. Terima kasih Tuhan telah mengirimkanku seorang kakak laki-laki yang sering ku sebut Brother yang selalu membangkitkan semangat ketika rapuhku. Terima kasih Tuhan telah mempertemukanku dengan orang-orang hebat sehingga mampu menjadi motivasiku. Terima kasih Tuhan telah mengenalkanku dengan bahasa yang indah sehingga aku mampu mengungkapkan rangkaian kata.

Tulisan-tulisanku tak seberapa dibandingkan para penulis dan pengarang lainnya. Menulis berdasarkan pengamatanku, terinspirasi oleh kisah orang lain, desakan perasaanku, ungkapan kesalku yang tak puas akan perjalanan hidupku, dan ku padukan dengan beberapa imajinasiku bahkan terbilang alay dan lebay. Haha.. tertawalah tak masalah bagiku.

Pembaca yang budiman, semoga kalian menikmati tulisan-tulisan yang mungkin membosankan. Kesan, kritik atau saran apa pun, aku terima dengan terbuka melalui surel laylarahmawati16@gmail.com 

Yang ku cintai,

Allah, Rosullulloh, Orang Tua, Brother dan kamu.