Kepada kamu yang selalu ku nanti
sepanjang hari, baik indah senyum, lembut tutur kata dan merdunya suaramu.
Kepada siapa lagi aku harus berlari sementara hanya kamu saja yang ku nanti.
Kamu saja yang telah membuatku jatuh hati dan memilih berhenti mencari. Sejak
saat itu aku tak pernah membuka hati walau hanya sekali. Meski beberapa hati menghampiri
silih berganti, kamu tetap yang setia ku nanti. Ingatlah saat aku memandangmu
begitu pula sebaliknya, saat memilih saling jatuh hati kita sudah meniatkan dan
sepakat menuai harapan tinggi. Ingat kembali bagaimana panjangnya perjalanan
yang telah kita lalui bersama, yang pernah kita lakukan berdua. Berapa banyak
hal yang pernah kita lewati. Lalu, jika saat ini engkau menjauh pergi,
mengertilah bahwa rasa itu benar-benar tumbuh dan ada untuk diperhatikan lebih
lagi. Pahamilah bahwa rasa itu tak pernah salah. Akankah kamu menyerah begitu
saja? Kebimbangan apa yang memilihmu tetap mundur? Perihal patah oleh perasaan
lama yang pernah ada, aku yakin orang lain itu paham bahwa engkau memang bukan
untuknya. Rasa sakit. Rasa perih. Rasa sedih. Selalu berdampingan dengan
kebahagiaan yang kita miliki. Lantas ketakutan apa lagi yang kamu tanam?
Pamamilah bahwa hati memang harus
dipilih. Memilih mengikhlaskan atau mempertahankan. Yang perlu kamu tahu, bahwa
rasa ku ini bukan untuk sementara yang tiba-tiba muncul lalu pergi. Setelah apa
yang telah kita tanam bersama, sejak saat itu sudah ku putuskan untuk
memilihmu. Memilih mempertahankan atas dasar komitmen yang kita bangun bersama
mecapai harapan. Selayaknya karang yang
tetap berdiri tegar melawan ombak yang selalu datang. Disini, aku berusaha
konsisten dengan apa yang pernah kita rangkai. Semoga kamu mengerti, bahwa
dengan tetap mencintai dan bertahan padamu aku merelakan banyak hal terlewati.
Namun, aku tak pernah menyesal, sebab bersamamu hal sederhana pun bisa terasa
lebih berarti. Kamu harus tahu, bahwa hatimu sudah terlanjur terpatri hingga banyak
hal yang ku abaikan demi menjaga hati. Aku tak ingin mencari, sebab aku sudah
memilih hatimu.
Lalu, jika kamu pun tak kunjung
kembali, aku bisa apa selain menunggu hari-hari yang aku sendiri pun tak
mengerti sampai kapan berhenti. Pahamilah bahwa rasa itu lebih kuat dari apa
yang kamu kira adanya. Akankah kamu tetap mundur? Meski bermalam-malam aku
tetap memanjatkan doa yang sama, doa yang tak pernah lupa sekalipun aku
merintih perih. Selayaknya pasir yang ku tumpuk hingga menggunung tinggi.
Sekali lagi semoga kamu mengerti, bahwa cinta memang harus dipilih meski harus
mematahkan hati yang lain. Semoga kamu pun tak menyesal dengan pilihan yang
telah kamu putuskan, namun kamu harus tahu bahwa menyia-yiakan cinta yang tulus
adalah kerugian yang amat fatal. Kamu tak perlu mencari, sebab hatimu sudah
kupilih lebih dulu.