Selasa, 20 Desember 2016

The White Roses

One day I saw a flower looks so beautiful. White colors attract the attention of my eyes. White as the sparkle in the sun, symbolizes sincerity and purity.

Setiap wanita pasti menyukai cantiknya bunga, baik mahkota yang menawan, warna yang menarik, bahkan harumnya yang mempesona. Bunga adalah salah salu ciptaan Tuhan yang sangat indah. Warna bunga seringkali dimaknai tersendiri oleh sebagian orang di dunia. Pada kesempatan ini, penulis ingin membahas tentang Bunga Mawar Putih. Secara alami mawar putih seringkali hadir untuk melambangkan sebuah kemurnian, ketulusan, kehormatan dan kepolosan. Mawar putih melambangkan cinta sejati, tulus, dan murni. Jika kamu menerima bunga mawar putih dari pasangan, seringkali diartikan sebagai wujud cintanya yang tulus, maka itu kamu adalah seseorang yang beruntung karena begitu dicintainya. If interest was given to a lover who we love, then he will be sure that we really love and appreciate him. Keberadaan mawar merah pun mencirikan atas cinta sejati, namun hal ini tak menggeser keberadaan mawar putih, dimana bunga ini tetap mempertahankan simbolisme kemurnian, demikian sehingga bunga mawar putih tetap menjadi bunga yang melambangan cinta sejati dan tulus karena kemurniannya.

The white roses is also known as wedding flowers. Mawar putih merupakan bunga pernikahan tradisional, representasi dari persatuan, kebajikan dan kemurnian oleh ikatan yang baru dari cinta.  Mawar putih seringkali dimaknai sebagai lambang cinta yang muda. Keberadaanya sangat cocok untuk the wedding decoration yang menyesuaikan tema pernikahan, hal ini diperkuat karena mawar putih diartikan sebagai kemurniaan, ketulusan serta kesucian.

This roses is also suitable to give to uor friends. Mawar putih juga cocok diberikan kepada teman dekat, hal ini karena mawar putih dipercaya sebagai simbol persahabatan sejati. Dimana sebagai teman kita saling menghargai dan menghormati sebagai sahabat yang sejati.

The white roses are used as a form of giving sympathy. Mawar putih juga sangat berkaitan dengan kehormatan dan penghormatan. Keberadaan mawar putih diwujudkan sebagai rasa simpati, digunakan untuk mengenang almarhum kekasih. Mawar putih dimaknai sebagai simbol peringatan, ungkapan cinta yang spiritual (ketulusan cinta sejati) dan penuh penghormatan.

The white roses symbolized as virgins. Kuntum mawar putih sendiri seringkali dimaknai oleh sebagain orang sebagai lambang gadis perawan dimana orang dahulu memberikan pesan bahwa seorang gadis masih muda untuk jatuh cinta. Hal ini dipercaya bahwa mawar putih melambangkan kepolosan dan kesucian.

Mawar putih dapat diartikan atau dimaknai banyak hal oleh banyak orang yang berbeda, baik budaya yang berbeda maupun pengaruh zaman, perubahan seringkali terjadi secara viral, dunia modern dan dampak globalisasi yang tak bisa dihentikan. Berbagai makna tertentu dari mawar putih kini mampu berubah, tergantung bagaimana cara seseorang itu menghargai keberadaannya. Mawar putih dapat melambangkan awal yang baru maupun sebagai wujud perpisahan. Pada dasarnya, semua pesan yang disampaikan melalui mawar putih adalah wujud kemurnian dan ketulusan, baik ungkapan rasa cinta, rasa hormat maupun harapan baru.

Senin, 12 Desember 2016

Melekat dalam Ingatan

       Di malam hari yang sunyi, aku sendiri terpaku menatap langit memandangi cahaya kelap-kelip. Fikiran ku melayang seolah-olah aku tak sadarkan diri. Aku teringat dengan sosok seseorang yang kini singgah di hati ku. Entah mengapa dia selalu menghampiri fikiran ku sehingga aku selalu terbayang-bayang sosok itu. Sosok itu adalah seseorang yang ku kenal sepuluh bulan yang lalu. Awalnya pertemuan itu tak ada artinya, tak sengaja menyapa melalui sebuah nama yang tertulis pada kemeja, namun setelah beberapa bulan aku pun masih mengingatnya. Hembusan angin samar-samar menambah suasana sunyinya malam. Ku dengar suara lonceng jam dinding di kamar ku yang telah menunjukkan angka duabelas hingga menyadarkan lamunan ku, ini sudah tengah malam. Ku geletakkan tubuh ku diatas kasur tempat tidur ku, tarik selimut bersama satu putaran lagu penghantar perjalanan ku ke pulau kapuk.
       Suatu hari ku temui sosok itu, tak heran ia selalu tersenyum manis di depan ku dan kita selalu asik bercanda gurau seakan kita memang benar-benar dekat setelah pertemuan itu. Kita selalu bertemu bersapa dan berjalan berama-sama. Ku dengar suara kicauan burung-burung yang nampak beterbangan bergerombol mengepakkan sayapnya di atas langit. Kicauan burung cukup jelas ku dengar bagaikan sedang bernyanyi bersama, lalu hembusan angin kencang menghampiri ku. Aku pejamkan mata ini sejenak menghindar dari debu-bedu, lalu ku buka mataku. Aku masih berbaring diatas kasur, hari sudah pagi. Bukan hanya sekali aku bermimpi bertemu dirinya. “jika mimpi ku lebih indah, maka aku tak ingin bangun” hanya kalimat itulah yang sempat ku fikirkan setelah ku buka mataku lebar-lebar. Segera ku beranjak dari tempat tidur dan pergi ke kamar mandi.
       Siang ini matahari menyinari menyengat kulit kering ini. Mata ku tak lagi mampu melihat jelas dalam kesempitan ruang yang terpisahkan oleh jarak yang cukup mengganggu pandangan ku. Sesekali aku masih mencari sosok itu, dimana aku bisa menemukan dalam ruang sempit bersama segerombolan pemuda yang sedang asik berbincang-bincang melontarkan kata-kata hingga berharap dapat ku perhatikan walau hanya dari kejauhan. Pengharapan ku terlalu tinggi untuk bisa melihatnya siang ini, beberapa kali ku lirik jam tangan memandangi jarum berputar detik ke detik namun sosok itu pun tak kunjung ku temukan. Mencari kesempatan mengalihkan pandangan ku ke kanan dan ke kiri dan berpura-pura seolah tak terjadi sesuatu yang membuat orang lain penasaran dengan apa yang sedang ku cari. Hal semacam ini mungkin sudah ku lakukan puluhan kali, menyapa dan berbicara bersama mereka teman-teman seperjuangan ku menjalani aktivitas tiap hari seolah hanyut mendalami peran ku dalam masalah ku sendiri di dunia ini, namun tidak dengan fikiran ku yang masih memusat mencari sosok dalam ingatan ku. Lagi dan lagi aku dituntut untuk berperan profesional seperti semestinya.
       Kesibukan tak membantu ku melupakan bayangan itu dalam benak ku, seolah telah melekat bersama saraf-saraf yang ada pada otak ku. Aku berusaha terbaik menjalani kewajiban ku lima waktu sedisiplin yang ingin ku lakukan hingga berusaha menghilangkan rasa malas yang selalu menggoda diri yang nista ini, bahkan bayangan dirinya seolah mengingatkan untuk meminjam namanya dalam setiap sujud ku. Herannya aku merasa nyaman terjatuh, terjatuh dalam perasaan yang salah. Ini bukan lagi candu, memparasit seolah apa yang ku lakukan sepuluh bulan ini tak terlepas olehya. Hati dan fikiran seakan berkompromi selalu berangan-angan dan bermimpi dirinya. Dirinya seperti ambisi atau hanya sebuah ekspektasi hingga aku sudah tak mengerti bagaimana caranya berhenti. Bahkan aku merasa sedih atau senang seperti hanya mimpi.
       Sore ini aku termenung sendiri, fikiran ku melayang, hanyalah bayangan dan wajah dirinya yang ada dalam benak ku. Ku coba untuk memejamkan mataku sejenak justru bayangan itu mengikutiku lebih tajam, ku kedipkan mata ku setiap dua detik namun tiada berkutik menghilang justru semakin terlihat jelas. Ia selalu ada dalam ingatan ku. Aku mengerti, aku memahami, aku menyadari apa yang telah ku lewati, semua seakan tak pernah terpisahkan oleh bayangan dirinya.