Biarkan kita begini saja. Biarkan
waktu yang menjawab semua pertanyaan-pertanyaan. Kebahagiaan dan hari esok pun
tak bisa dijamin. Apalah aku ini yang hanya ingin meminjammu sebentar karena
aku tahu tak bisa memilikimu. Kau ada karena Tuhan dan kelak akan kembali
pada-Nya.
Kau pergi menjauh, aku pun tak
mampu menahanmu, bahkan mengejarmu yang sedang berlari. Aku sudah tinggi lalu
aku terjatuh, untuk berusaha terbang lagi pun aku sulit. Bagaimana lagi aku
harus naik sementara sayap saja aku tak punya.
Dan aku tak mau menyalahkan sang
waktu yang telah berbaik hati mengenalkanmu padaku. Apa yang telah terjadi ini
bukan hanya kebetulan, namun telah digariskan. Tak wajar jika harus tertanam
kebencian,oleh karenanya aku bisa mengambil pelajaran. Setiap pertemuan pasti
ada perpisahan.
Mungkin aku harus mengalahkan egoku,
membiarkanmu memilih tulang rusuk yang lain. Sakit memang, tapi aku bisa apa
ketika Tuhan berkehendak, dialah pasangan tulang rusukmu.
Hujan turun tanpa
tanggung-tanggung seperti menggambarkan hatiku yang memilu. Semuanya telah
berubah semenjak jarak memisahkan dan hujan yang menahan waktu. Waktu yang
mematahkan begitu pula menyembuhkan.