Senin, 29 Mei 2017

Garis Waktu

Biarkan kita begini saja. Biarkan waktu yang menjawab semua pertanyaan-pertanyaan. Kebahagiaan dan hari esok pun tak bisa dijamin. Apalah aku ini yang hanya ingin meminjammu sebentar karena aku tahu tak bisa memilikimu. Kau ada karena Tuhan dan kelak akan kembali pada-Nya.

Kau pergi menjauh, aku pun tak mampu menahanmu, bahkan mengejarmu yang sedang berlari. Aku sudah tinggi lalu aku terjatuh, untuk berusaha terbang lagi pun aku sulit. Bagaimana lagi aku harus naik sementara sayap saja aku tak punya.

Dan aku tak mau menyalahkan sang waktu yang telah berbaik hati mengenalkanmu padaku. Apa yang telah terjadi ini bukan hanya kebetulan, namun telah digariskan. Tak wajar jika harus tertanam kebencian,oleh karenanya aku bisa mengambil pelajaran. Setiap pertemuan pasti ada perpisahan.

Mungkin aku harus mengalahkan egoku, membiarkanmu memilih tulang rusuk yang lain. Sakit memang, tapi aku bisa apa ketika Tuhan berkehendak, dialah pasangan tulang rusukmu.

Hujan turun tanpa tanggung-tanggung seperti menggambarkan hatiku yang memilu. Semuanya telah berubah semenjak jarak memisahkan dan hujan yang menahan waktu. Waktu yang mematahkan begitu pula menyembuhkan. 

Senin, 22 Mei 2017

Tulisanmu yang ku nanti

       Aku selalu menunggu tulisanmu karena dari mana lagi aku tahu tentang jalan pikiranmu jika tidak dari sana.  Kita tidak pernah bertatap muka kembali, jarak mengikis harapanku, komunikasi menelan diri dalam-dalam. Bila saja suatu saat nanti kita bertemu, mungkin hanya kebetulan atau memang sebuah keberuntunganku. Aku selalu menanti tulisanmu karena dari mana lagi aku tahu tentang jalan pikiranmu, tentang masalah yang sedang kamu hadapi, tentang perasaan yang sedang kamu rasakan. Meskipun tulisanmu tidak sepenuhnya mewakili tentangmu, namun setidaknya aku tahu perasaanmu masih hidup untuk aku mengerti.
      Aku adalah pembaca setia tulisanmu karena dari mana lagi aku tahu tentang segala hal yang berkaitan denganmu jika tidak dari sana. Aku selalu membacanya mulai dari halaman pertama hingga berlembar lembar halaman yang akan bertambah, karena dari sana lah aku bisa mengenalmu. Aku menyukaimu dengan cara seperti ini, menyisakan waktu tiap malam sepiku untuk menikmati alur ceritamu. Jangan berhenti menulis karena dari mana lagi aku bisa mengikutimu jika tidak dari sana. Aku menanti tulisanmu karena dari mana lagi aku bisa mengenalmu dengan leluasa jika tidak dari sana. Terus lah menulis. Tidak kamu tahu, aku pun tidak perlu repot-repot bertanya kesana kemari tentang kabarmu saat ini. Tidak kamu tahu pula, dibalik tulisanmu pasti ada seseorang yang mendoakan terbaik untukmu atas segala keresahan dan harapan tulisan-tulisan tanganmu yang lahir dari hati dan pikiranmu.