Rabu, 05 Oktober 2016

Hujan Kembali Turun

Tiba-tiba saja angin berhembus kencang. Dau-daun berjatuhan beterbangan tersapu angin. Suhu disini semakin turun. Matahari pun bersembunyi dibalik awan mendung. Orang-orang mulai bergegas pergi berlindung. Suasana seperti ini begitu banyak ditafsirkan, seperti ramai menjadi sunyi atau sebaliknya. Entah bagaimana aku sendiri belum benar-benar mampu menikmati hujan. Tetesan-tetesan air mulai jatuh menyentuh dasar bumi. Aroma tanah basah mulai merasuk.

      Terdengar bisikan, hujan selalu membawa rejeki, membawa kedamaian bagi petani , namun ada kalanya hujan membawa rugi. Terdengar bisikan, hujan itu indah membawa gembira dan manusia menikmatinya menari-nari dalam rintisannya. Terdengar bisikan, hujan ialah anugrah namun juga membawa derita.

      Merindukan hujan? Omong kosong! Kenyataannya hanya menikmatinya dibalik jendela. Hari ini hujan kembali turun. Sadar dan sangat sadar hujan mampu datang kembali namun yang telah pergi tak akan pernah datang kembali. Hari ini hujan kembali turun beserta suara gemerciknya menyentuh bumi. Mengulang kenangan masa lalu yang tak terlupakan atau hanya sekedar mengingat siapa yang tahu. Hujan pernah menahan diri disini, hujan pernah menjadi saksi atas cinta yang datang tiba-tiba, bahkan hujan pernah menemani sepanjang hari.

      Butir-butir air bening berjatuhan dari atas ke bawah terbawa gravitasi. Eloknya rintik tiada yang menandingi hingga menyentuh perasaan. Awan, hujan, bumi dan langit telah menyatu bersatu padu membentuk ironi keindahan. Membawa kalbu menuju pulau kapuk penuh harapan atau rintihan. Nyanyian merdu air seakan menjadi lagu penghantar, dan perlahan-lahan mulai hillang.