Selasa, 05 Maret 2019

Cerpen : Hati yang Rumit


Malam ini aku ingin bercerita tentang seorang pemuda. Ia bernama Jae Ha, namun ia lebih suka disapa dengan Ji. Ji seorang pemuda tampan berkulit putih, berbadan kurus dan tinggi. Senyumnya polos dan penuh tanya. Ji ialah anak kedua dari tiga bersaudara, kakaknya laki-laki berwibawa dan adik perempuan yang lugu. Sampai saat ini Ji adalah seseorang yang selalu ada untukku. Kapan pun dan dimana pun. Aku pun tak pernah habis bersyukur kepada Tuhan atas kehendaknya mempertemukanku dengannya.

Tahun lalu aku adalah teman dekat kakaknya, dekat seperti tulang dan nadi. Pada malam purnama waktu itu, bencana dahsyat terjadi dan memisahkan aku dengan kakak. Aku dan kakak adalah pasangan serasi yang selalu didukung oleh orangtua dan saudara, bahkan teman dan sahabat-sahabat yang pernah ada. Kita saling memahami dan mengerti satu sama lain. Kita memulai dari nol atas kesuksesan yang akhirnya tercapai. Tidak ada hal yang perlu dikhawatirkan dan diragukan, kesemuanya berjalan dengan natural dan tulus. Namun sebelum ikatan resmi itu terjadi, ternyata ketulusan itu pergi meninggalkan.

Setelah kepergiannya, Ji selalu berada disampingku, mendorongku, membangkitkanku dan menemani hari-hariku. Kebaikan Ji tidak pernah bisa aku balas dengan sepantasnya. Sampai saat ini Ji adalah seorang pemuda yang paling penting dihidupku. Waktunya, usahanya, pengorbanannya adalah hal yang paling berharga untukku. Ji selalu memprioritaskan aku dalam setiap waktunya. Selalu membantuku disaat aku berada dalam masa sulit. Selalu menemani disaat aku merasa sepi. Selalu nyata bukan sekedar ekspektasi. Selalu melebihi harapanku. Ji pemuda yang tanggguh dan kerja keras. Murah hati dan tulus. Ji inginku anggap seperti adik namun sepertinya terlalu lancang. Ji inginku anggap seperti kakak namun sepertinya terlalu memaksa. Ji inginku anggap sebagai teman namun sepertinya menyakitkan. Ji inginku anggap sebagai saudara namun sepertinya kemustahilan, apalagi aku anggap sebagai pengganti seseorang yang telah pergi. Rasanya tak baik apabila oranglain diluar sana sampai menyebutnya penghianatan. Semua posisi yang telah ku sebutkan, Ji memilikinya untukku. Namun apakah aku dan Ji akan terus seperti ini? rasanya aku pun ingin dia selalu disisiku.

Namun hati Ji bukanlah untukku. Apalagi hatiku yang separuh telah pergi. Disinilah, aku mulai mengerti bahwa keserakahan bukan hanya tentang kuasa dan materi namun, hati pun selalu ingin menjadi serakah.  Manusia memang tak pernah merasa puas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar